Posted by : HIMAPPTA November 09, 2015



Berikut adalah sebuah cerita bersambung yang dikarang oleh rekan kita, Syaalma D.Q yang bertemakan kehidupan remaja.

“Avila!!” ada sebuah suara menggelegar mengganggu mimpi indahku.
“Avila Sanchia bangun!!!” suara itu semakin terdengar memekakkan telinga. Malah kurasa ranjang yang sekarang kugunakan bergetar saking kerasnya suara itu.
“Baiklah, kalau kau tidak mau bangun tak apa, aku juga inginkembali tidur.” Tiba-tiba aku merasa ada yang membungkusku dengan selimut supertebal. Lalu entah kenapa, ada kuda nil seukuran gunung Tangkuban Perahu menindihku. Dia berguling-guling seolah-olah sedang menghaluskan aspal di jalanan. Usahaku untuk melawan sepertiny tidak berguna. Dia malah semakin senang, dan hanya ada satu jalan. Bangun.
“Ibu.. sudahlah aku bangun nih... jam berapa sekarang?” ucapku pelan dengan tenggorokan kering.
“Lihat saja sendiri!” jawabnya cuek. Segera saja mataku mengarah pada jam dinding yang tergantung manis pada sudut ruangan.
“Subhanallah, jam 7. Aku pasti terlambat!!”segera saja kakiku mengambil langkah seribu dan bergegas pergi mandi.
***
Ini adalah hari pertama kembali bersekolah setelah libur semester pertama. Bersyukur gerbang masih terbuka lebar. Tak ada yang spesial selama aku bersekolah disini. Tidak tempatnya, ruangannya, bahkan orang-orangnya. Sudah banyak ku dengar cerita cinta disana sini. Membuat orang-orang senang bersekolah. Bukan mencari ilmu, namun mencari gebetan baru alias cari perhatian disana sini.
Jangankan gebetan, teman dekat pun aku tak punya. Bukan karena aku cupu ataupun sombong, melainkan belum ada yang cocok denganku. semua masih kurasakan hanyalah seperti serangga-serangga parasit. Yang belum mau membagi keuntungan. Tapi entah mengapa, masih ada saja yang mau menjadi teman dekatku.
“Avila, kita duduk sebangku ya!!” ucapnya dari jauh sambil melambaikan tangan kearahku. Vita, dialah salah satunya. Kulihat bangku nomor dua dari depan dengan posisi tepat di depan meja guru. Ini bukan tempat yang cocok saat pelajaran matematika ataupun Kimia. Namun untuk menyenangkan hatinya, aku hanya bisa mengangguuk dengan wajah terpaksa.
***
Baru hari pertama masuk sekolah, guru-guru merasa rajin masuk ke kelas. Rasanya kini aku bisa menghembuskan nafas lega setelah mendengar bel pertanda pulang.
Kulihat dari jauh, ada seorang anak perempuan duduk tenang di bawah pohon sambil asyik membaca buku, seolah tak memperdulikan orang lain yang mencoba mendekatinya. Bukankah itu Chiara Aneila? Gadis manis dengan segala kelebihan. Dan satu kata melekat erat pada dirinya, ‘Sempurna’. Tak ada yang tak mengenalnya.
Kudengar rumahnya searah dengan jalan pulangku. Kenapa tak kuajak pulang bersama? Tak butuh waktu lama,dia hanya menatapku sebentar dan meyakinkan diri. Kini pulang bersamanya seolah uji nyali bagiku.
Hening mencekam, seolah burung gagak beramai-ramai beterbangan diatas kepalaku. Anehnya, dia berjalan sambil asyik membaca buku, mungkin dia sudah hafal betul lika-liku jalan pulang tanpa melihat.
“Apa kamu selalu pulang sendiri?” tanyaku mencoba memecah keheningan. Namun hanya anggukkan kecil yang kuterima. 
“Tak pernahkah kamucoba mengajak teman?” tanyaku kembali mencoba beramah tamah. Namun kali ini dia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Orang ini sangat aneh.
Jarak menuju rumahku sudah dapat dihitung dengan langkah kaki. Rumah Chiara hanya berjarak 3 rumah setelah rumahku.
“Chiara mampir yuk!”
“Makasih.” Jawabnya singkat.
***
Sudah 3 hari berturu-turut kuajak Chiara pulang bersama. Kini sudah seperti ritual sakral yang rutin harus kulakukan, kucoba tarik dia kembali masuk ke realita. Dunia yag sebenarnya. Kuajak dia mengobrol dan sekarang ia sudah berusaha terbuka. Entah mengapa, semangat sekali aku ingin membantunya. Mungkin aku juga seperti dirinya.

Menunggu adalah salah satu pekerjaan paling menyebalkan di dunia belahan manapun. Kulihat Chiara sudah gelisah. Sepertinya dia tahu aku menunggunya. Kelas unggulan memang terlihat lain dari yang lainyya. Guru yang kerajinan, dan murid dengan semangat belajar (sebenarnya aku tak yakin), terlihat jelas mendeskripsikan kelas ini.
Rupanya Tuhan mendengarku, Guru berkepala setengah botak itukemudian membiarkan para muridnya pulang layaknya murid normal lainnya yang sudah daritadi meninggalkan sekolah.
“Menunggu lama?” tanya Sanchia cemas.
“Ya begitulah. Tapi tidak apa-apa kok.” Entah apa yang terjadi, aku merasa ada aura buruk mengintaiku.
“Ada apa?”
“Tidak. Ayo pulang!”jawabku menyadari imajinasiku yang terlalu berkembang.
“Kudengar kamu pintar di pelajaran sastra Indonesia ya?”
“Tidak juga, hanya suka. Tapi yang pasti aku sangat kurang dalam pelajaran matematika dan kimia.” Jawabku sambil membuka bungkus permen lolipop yang kubawa.
“Hari ini ada acara?” tanya Chiara tiba-tiba.
“Sepertinya tidak, hanya saja aku ingin mengerjakan tugas matematika yang teramat sangat susah.” Jawabku kesal.
“Mau ke rumahku, mungkin bisa kubantu mengerjakan. Kalau bisa..”
“Tentu saja!” jawabku senang. Mungkin hatiku sudah melompat kegirangan.
***
Ternyata di dalam rumah, tak seperti luarnya yang terlihat dingin dan tertutup. Orangtua Chiara sangatlah ramah dan baik. Ibunya sangat cantik mirip sekali dengan Chiara.
“Nama kamu siapa?” tanya ibu Chiara ramah sambil menyuguhkan minuman dingin untukku.
“Avila Sanchia bu.” Jawabku sambil tersenyum semanis mungkin.
“Jarang-jarang Chiara bawa teman. Kamu teman sekelasnya?”
“Bukan bu, hanya saja sering pulang bersama.” Setelah mendengar ucapan ibunya tadi, aku semakin merasa penasaran denga sosok yang kini baru kukenal.
“Baik-baik ya.. ibu tinggal dulu.” Ucapnya sambil berlalu meninggalkan kami sambil tersenyum ramah.
“Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa kamu jarang terlihat berbaur bersama teman-temanmu?” tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa penasaran.
“Seiring berjalannya waktu, kamu akan mengetahui semuanya. Dengan atau tanpa kuberitahu.” Jawabnya misterius. Namun seakan, menyuruhku untuk mencari tahu.
***
Bersambung...

Karya: Syaalma D.Q 

Baca episode 2 disini.

Baca cerita lainnya atau baca kelanjutan cerita ini, klik disini.

Comments
6 Comments

{ 6 komentar... read them below or Comment }

  1. ceritanya bagus, suka deh

    ReplyDelete
  2. wh... bgus critanya. ga sbr nnggu lnjut nya,,,

    ReplyDelete
  3. lumayan buat ngisi waktu nggu krjaan
    ini blog blh sya publikasiin gak gaan?
    soalnya sya suka masih ada org yg peduli didaerah kya tmpt ente skalian

    ReplyDelete

SIlahkan berkomentar atau berdikusi disini.

- Copyright © 2013 HIMAPPTA - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -


Published By Btemplateseo