Posted by : HIMAPPTA
November 17, 2015
Berikut adalah sebuah cerita bersambung yang dikarang oleh rekan kita, Syaalma D.Q yang bertemakan kehidupan remaja.
- See more at: http://himappta.blogspot.co.id/2015/11/cerbung-dibalik-dunia-remaja-episode-1.html#sthash.OGgVP8cd.dpuf
Berikut adalah sebuah cerita bersambung yang dikarang oleh rekan kita, Syaalma D.Q yang bertemakan kehidupan remaja.
- See more at: http://himappta.blogspot.co.id/2015/11/cerbung-dibalik-dunia-remaja-episode-1.html#sthash.OGgVP8cd.dpuf
Berikut adalah sebuah cerita bersambung yang dikarang oleh rekan kita, Syaalma D.Q yang bertemakan kehidupan remaja.
- See more at: http://himappta.blogspot.co.id/2015/11/cerbung-dibalik-dunia-remaja-episode-1.html#sthash.OGgVP8cd.dpuf
Berikut adalah sebuah cerita bersambung yang dikarang oleh rekan kita, Syaalma D.Q yang bertemakan kehidupan remaja.
- See more at: http://himappta.blogspot.co.id/2015/11/cerbung-dibalik-dunia-remaja-episode-1.html#sthash.OGgVP8cd.dpuf
Berikut adalah lanjutan cerbung "Dibalik Dunia Remaja" Karya Syallma D.Q.
Belum baca episode 1? Baca episode 1 Disini.
Belum baca episode 1? Baca episode 1 Disini.
Hal yang pertama kali kufikirkan Setelah pulang dari rumah Chiara adalah
kehidupannya yang misterius. Sebenarnya
apa yang terjadi pada kehidupan anak itu? Berhari-hari hanya itu yang
kufikirkan.
“Avila!” ada sebuah suara nyaring yang sepertinya ku kenal.
“Lalita! Kamu kapan sampai?” tanyaku setelah mengenali siapa yang kini
berada di depanku. Sepupu dekatku yang tinggal di Bandung.
“Baru sampai kok. Kangen loo sama kamu!” ucapnya sambil mengalungkan kedua
tangannya di leherku.
Seperti yang biasa dilakukan remaja seumuran saat bertemu, kami segera
bercerita panjang lebar dengan heboh. Tak memperdulikan panggilan keluarga
lainnya.
***
Hari ini Chiara terlihat berbeda,dia sudah mulai berusaha tersenyum saat
bertemu orang lain. Namun, ucapannya kemarin semakin membuatku ingin menjadi
Sherlock Holmes yang memecahkan sebuah masalah tingkat dunia :D
“Avila, kamu kenapa?” orang yang kufikirkan ternyata sudah berada di
sebelahku.
“Mmm, gak apa-apa kok. Kamu gak ke kelas?” aku balik bertanya.
“Iya, ini mau ke kelas. Duluan ya!” jawabnya sambil tersenyum manis. Aku
iri, senyumku saja yang sudah selalu kuasah masih terlihat bagaikan cengiran
kuda -,-
***
Kembali lagi pulang bersama Chiara, tapi tak ada lagi buku di tangannya dan
matanya mulai melihat ke sekeliling. Sungguh,
aku semakin penasaran!
“Ngomong-ngomong, kamu ikut ekskul apa?” tanyaku membuka percakapan.
“Mmm, sepertinya tidak ada. Aku hanya mengikuti latihan-latihan olimpiade,
itu pun hanya sesekali.” Jawabnya santai.
“Mau ikut klub majalah sekolah?” tanyaku menawarkan. Hitung-hitung promosi
klub sendiri :D
“Gimana ya..
akan kufikirkan deh. Tapi sepertinya aku tidak berbakat, malah bisa dikatakan
paling sulit saat mengarang.”
“Gak apa-apa
kok, kan di majalah sekolah bukan hanya berupa atau berisi karangan. Karena bila
hanya itu pasti membosankan. Jadi, ada juga wawancara khusus, tips ataupun info penting. Dan terkadang.. ada
tempat curhatnya kok!”
“Emm,
baiklah akan kufikirkan.”
“Oya, aku
dengar kamu pindahan dari Bandung. Benarkah?”
“Begitulah.”
Entah kenapa ada perubahan di wajahnya saat aku membahas asal tinggalnya.
“Mengapa kau
pindah?”
“Tidak apa,
kata ibuku ingin mencari suasana baru saja. Emm, sepertinya kau akan sampai!”
ucapannya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia tidak menyukai topik
pembicaraan ini. Ada apa sebenarnya?
“Baiklah,
sampai jumpa!” ucapku melambaikan tangan kearahnya sambil melangkah membuka
pintu rumahku.
“AVILA!!”
ada yang mengagetiku dengan teriakan nyaring dan pelukan yang super erat.
“Lita lepas,
aku gak bisa nafas!” usahaku melawan sepertinya tidak berguna, kecuali si
pelaku berbelas hati.
“Iya, iya.
Ngomong-ngomong kamu pulang dengan siapa? Kayaknya akrab banget!” tanyanya
setelah membebaskanku. Huh, lega..
“Teman, tapi
beda kelas. Namanya Chiara.” Jawabku sambil melepas sepatu.
“Chiara?!”
tanyanya terkejut, mimik wajahnya pun berubah.
“Iya, nama
lengkapnya Chiara Aneila. Kamu kenal?” jawabku balik bertanya.
“Dia.. teman
SMP ku dulu.” jawabnya pelan, namun terdengar jelas olehku.
“Jangan
bohong, dia itu kan pindahan dari.... Bandung.” jawabku terpotong megingat asal
tinggalanya yang sama dengan tempat tinggal Lalita.
“Ya, dia
dari Bandung, bersekolah di sekolah yang sama denganku dan kebetulan sekelas
denganku.”
“Benarkah?
Lalu, apa dulunya dia punya teman?”
“Memang
sekarang...” ucapan Lalita terputus saat mendengar suara ketukan pintu dan
penggilan namaku. Segera saja kubuka, dan kudapati Chiara berdiri di sana
sambil tersenyum ramah.
“Avila,
boleh aku pinjam buku sejarahmu?”
“Siapa yang
datang La?” tanya Lalita yang berjalan menuju ke arahku. Kenapa dia malah kesini? rutukku dalam hati.
“Kamu
Lalita?” tanya Chiara yang melihat Lalita sudah berdiri di sampingku.
“Iya..
begitulah, kamu Chiara bukan?” Lalita balik bertanya.
“Emm,
sepertinya kalian sudah saling mengenal. Jadi aku tinggal
sebentar ya.. selamat berbincang!” ucapku sambil bergegas menjauhi ruang tamu.
Dengan dalih mengambil buku yang akan Chiara pinjam, tentu saja aku kini dapat
bebas selama beberapa menit dari ketegangan super. Huh, menyebalkan..
“Ini
bukunya, ada lagi?” tanyaku saat menyerahkan buku bersampul cokelat milikku.
“Tidak,
terimakasih ya bukunya. Besok akan kukembalikan!” jawabnya lalu berlari kecil menjauhi
rumahku.
“Apa saja
yang kalian bicarakan saat aku pergi tadi?” tanyaku setelah menutup pintu.
“Tidak ada.
Kami hanya terdiam satu sama lain.” Jawabnya merebahkan diri ke sofa.
“Sekarang,
bisa kau ceritakan tentang Chiara saat SMP?” tanyaku menyelidik.
“Baiklah,
kau sudah seperti akan menginterogasi tersangka saja. Jadi, Chiara dulunya
adalah anak super jenius yang sangat cantik dan ramah. Semua orang menyukainya,
dan berusaha dekat dengannya. Chiara memiliki seorang sahabat, namanya Elika.
Dia adalah murid yang sama-sama cantik dan pintar. Namun tak sebanding dengan
Chiara, Elika termasuk orang yang tertutup. Sehingga, banyak orang yang membanding-bandingkan
mereka. Chiara tidak begitu mengindahkan-nya, namun sepertinya Elika terlalu
menganggap serius. Dan tentunya lama kelamaan dia menjadi iri dengan semua hal
yang dimiliki oleh Chiara.” Lalita mulai menjelaskan.
“Lalu apa
yang terjadi?”
“Elika menjauhi
Chiara tanpa sebab yang jelas, semua orang tentunya memihak pada Chiara. Namun,
Elika akhirnya mencoba memfitnah Chiara. Dia memasukkan contekkan kedalam tas
Chiara saat ulangan, kemudian menyebarkan berita itu hingga tak ada lagi yang
percaya pada Chiara. Awalnya semua orang memang tak percaya, namun mengingat
nilai Cihara yang selalu sempurna, dan hasutan Elika yang tak berhenti,
akhirnya seperti yang kau bayangkan.” Jawab Lalita menatap kearahku.
“Pasti
Chiara trauma akan kejadian itu. Pantas saja, ia menjadi tertutup dan sulit
bergaul. Lalu bagaimana kau mengetahui semua- nya?” tanyaku bingung. Tak mungkn kan kalau Elika berkata pada
semua orang bahwa dia yang telah memfitnah Chiara..
“Aku cukup
dekat dengan Elika setelah Chiara pindah. Ternyata.. itu yang terjadi, Elika
menceritakan semuanya padaku. Aku tak bisa menyalahkan Elika atas perasaan
sakitnya saat di banding-bandingkan dengan Chiara, namun aku juga tidak bisa
membenarkan kelakuannya memfitnah Chiara. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku terlambat mengetahuinya.” Ucap Lalita terlihat menyesal.
Ternyata,
dibalik Chiara yang terlihat pendiam dan tertutup, ada sebuah kisah pahit yang
membuatnya takut untuk berteman. Aku tidak tahu, apakah aku dapat menyembuhkan
luka itu, atau malah akan memperparahnya?!.
***
“Apa yang
sudah kamu ketahui tentang aku?” tanya Ciara tiba-tiba saat kami memasuki
gerbang sekolah.
“Masa lalu
kamu yang menyakitkan.” Jawabku sedikit menyesal.
“Lalu sekarang,
apa pendapatmu tentang aku?”
“Mungkin,
aku masih merasa bahwa kau adalah gadis yang misterius.”
“Mengapa?”
tanyanya bingung.
“Karena, kau
tidak mau membuka diri dan masih mencoba untuk menjaga jarak. Bahkan denganku.”
“Baiklah,
pendapatmu kuterima. Emm, satu pertanyaan lagi, apakah kau akan menjauhiku atau
malah membantuku?” tanyanya menghentikan langkah kakinya.
“Aku akan
mencoba yang kedua. Membantumu sebisaku. Maka, bersiaplah bosan melihatku.”
Jawabku sambil tersenyum semanis mungkin kearahnya.
“Terimakasih.
Aku tidak akan bosan.” Jawabnya membalas senyumanku sambil membelok ke arah
kelasnya.
***
“Tring..tring..tring!!”
suara bel berbunyi membuyarkan lamunanku. Ternyata sudah waktunya jam pelajaran
dimulai.
Huh.. Fisika
memang cukup menyenangkan, namun disaat kegelapan dan badai menyerang fikiranku, aku
tak mengerti apapun yang dipelajari saat itu. Kulihat di
sampingku, hanya berdiri setia sepasang bangku tanpa penghuni. Sepertinya Vita
akan kembali duduk bersama teman barunya. Ah, biarkan sajalah.. berarti hari
ini, aku akan kembali menjadi penyendiri tanpa teman sebangku. Berkutat hanya
pada buku dan papan tulis.
“Selamat
pagi anak-anak! Mungkin kelas ini akan sedikit bertambah ramai. Karena, ada
seorang murid baru yang akan tinggal di kelas ini.” Ucap bu Ratna mengawali
kelas di pagi ini.
Tunggu.. tik-tok-tik-tok, anak baru??!!
2 Comments
wah kenapa gan ga buat buku aja gan biar lebih greget
ReplyDeleteKata penulis, untuk pembukuan belum pada saat dan cerita ini. Untuk pembukuan, si penulis merencanakan untuk novelnya. Do'akan saja semoga jadi.
Delete